Makassar – Di ujung paling selatan Kabupaten Bone, terdapat sebuah desa kecil bernama Mattirowalie, yang kaya akan sumber daya rempah-rempah alami. Salah satu komoditas unggulannya adalah jahe, yang selama bertahun-tahun hanya dijual oleh para petani dalam bentuk mentah atau dijual ke pengepul dengan harga yang rendah. Potensi besar ini sering kali terabaikan. Hingga akhirnya pada tahun 2023, melalui Program Desa Bangkit Sejahtera, LAZ Hadji Kalla, masyarakat desa mulai belajar untuk meningkatkan nilai ekonomi tanaman jahe.
Di desa kecil Mattirowalie, di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, semangat ibu-ibu desa untuk berkreasi dan berjuang demi kemandirian ekonomi telah melahirkan sebuah kisah inspiratif. Melalui Program Desa Bangkit Sejahtera yang dijalankan oleh Lembaga Amil Zakat Hadji Kalla pada tahun 2023, desa ini berubah dari sekadar komunitas kecil yang sederhana menjadi desa dengan produk unggulan yang dikenal luas: JAMILA (Jahe Mattirowalie Alami).
Awalnya, para ibu-ibu di desa ini hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang pengolahan jahe, apalagi menjadikannya produk yang memiliki nilai jual tinggi. Jahe sendiri menjadi salah satu komoditi yang melimpah di Desa Mattirowalie dengan kualitas yang terkenal baik. Selama setahun program pembinaan oleh Fasilitator DBS, mereka mengikuti pelatihan intensif dari LAZ Hadji Kalla, mulai dari teknik produksi, pengemasan, hingga strategi pemasaran. Dari tangan-tangan sederhana mereka, terciptalah JAMILA, sebuah produk berbahan dasar jahe yang mengusung rasa khas lokal dan keaslian tradisi.
Kini, meskipun program pembinaan telah berakhir, semangat ibu-ibu ini tetap menyala. Mereka terus memproduksi JAMILA dan memasarkan produknya secara mandiri. Desa Mattirowalie telah menjadi satu-satunya desa di Kabupaten Bone yang memiliki produk khas ini, menjadikan JAMILA sebagai kebanggaan desa. Produk ini bahkan menjadi incaran utama para tamu kedaerahan dan pejabat instansi.
JAMILA: MENGUBAH KEHIDUPAN
Setiap bulan, ada tiga kelompok ibu-ibu yang menggerakkan produksi Jamila rutin membuat ratusan kemasan dalam dua varian, 150 gram dan 250 gram. Dengan penghasilan rata-rata mencapai 2 juta rupiah per bulan-per kelompok, mereka tidak hanya membantu perekonomian keluarga tetapi juga memotivasi perempuan desa lainnya untuk terus berdaya. Produk Jamila kini telah menembus pasar lokal di Kabupaten Bone dan Maros, bahkan menjadi langganan di berbagai pameran UMKM tingkat kabupaten hingga provinsi.
“Saya tidak pernah menyangka bahwa dari jahe yang selama ini kami anggap biasa, kami bisa menghasilkan produk seperti Jamila. Sekarang, setiap kali melihat kemasan JAMILA terpajang di toko atau dibawa tamu penting, hati saya terasa bangga. Kami benar-benar merasa mandiri dan dihargai,” ungkap Kasmawati, salah satu ibu penggerak produksi Jamila yang juga sebagai Sekretaris Desa Mattirowalie.
DUKUNGAN DAN HARAPAN DARI PEMIMPIN DESA
Kepala Desa Mattirowalie, Andi Syahrir Natsir, memberikan apresiasi besar kepada LAZ Hadji Kalla atas keberhasilannya membina desa. “Keberadaan Program Desa Bangkit Sejahtera di Mattirowalie adalah anugerah besar bagi kami. Lahirnya JAMILA adalah bukti nyata bahwa pembinaan yang tepat dapat mengubah desa menjadi lebih mandiri dan produktif. Kami sangat berterima kasih, dan harapan kami adalah agar produk ini bisa menembus pasar yang lebih luas hingga ke tingkat nasional,” ujar Andi Syahrir.
MELANGKAH KE MASA DEPAN
JAMILA bukan hanya simbol kemandirian ekonomi, tetapi juga semangat perubahan. Para ibu di Desa Mattirowalie telah membuktikan bahwa dengan kerja keras dan dukungan yang tepat, keterbatasan bukanlah penghalang untuk maju. Mereka berharap kehadiran Jamila dapat terus membawa harum nama desa mereka, menginspirasi desa-desa lain, dan menjadi produk yang bisa membanggakan Sulawesi Selatan di mata dunia.
Kisah Jamila adalah pengingat bagi kita semua bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari desa kecil Mattirowalie, mereka telah menunjukkan bahwa tangan-tangan sederhana bisa menghasilkan karya besar.