yayasanhadjikalla.or.id; Tana Toraja – Yayasan Hadji Kalla melakukan pembinaan ekonomi melalui Yayasan Econatural Society  di Tondok Lemo, Desa Bo’ne Buntu Sisong, Kecamatan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja. Kerja sama ini merupakan Kolaborasi Yayasan Kalla dengan Yayasan Econatural Society melalui program Aktif Positif dari Bidang Educare. Program tersebut telah dimulai sejak awal november 2020 lalu .

Penguatan ekonomi dengan memproduksi gula aren, dipilih sebagai langkah awal untuk mengubah mindset  produksi lokal masyarakat yang berupa tuak menjadi produksi gula aren. Meskipun harus melalui proses yang lama dan panjang, namun akhirnya relawan dari Yayasan Econatural Society berhasil memberikan pengertian kepada masyarakat hingga akhirnya beralih produksi membuat gula aren.

“Tujuan utama dalam program ini yaitu merubah kebiasaan masyarakat yang dari produksi tuak menjadi gula merah dengan harapan bahwa masyarakat bisa meningkatkan taraf perekonomian yang lebih baik”, Ujar Ardiansyah, Pananggung Jawab Program dari Yayasan Econatural Society.

Dalam prosesnya, rumah produksi gula belum bisa rampung sepenuhnya karena mustahik yang memproduksi gula punya kesibukan di kebun memanen cengkeh. Hingga akhirnya selama kurang lebih sebulan program berjalan, akhirnya rumah produksi gula bisa berjalan dan menghasilkan produk olahan gula yang bisa dijual di pasar. “Tercatat, rumah produksi di sini bisa menghasilkan 10 hingga 30 kilogram gula setiap harinya yang bisa dijual dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding memproduksi tuak. Jika dihitung, gula aren bisa di jual di pasar dengan harga Rp. 25.000 hingga Rp. 30.000 per kilogramnya, angka tersebut tentu sangat jauh lebih menghasilkan dibanding menjual tuak yang harganya Rp. 7.000 setiap lima liter”, jelas Ardi. Perbandingan tersebut tentu menjadi alasan masyarakat kemudian beralih memproduksi gula aren. Masyarakat Desa Bo’ne Buntu Sisong akhirnya bisa meningkatkan pendapatan hingga empat kali lipat dari biasanya.

Selain produk gula aren, masyarakat di Desa Bo’ne Buntu Sisong  juga diajarkan untuk memproduksi keripik pisang. Di awal produksi, warga desa berhasil membuat 160 pcs dengan berat per-pcsnya 20 gram, keripik tersebut dijual dikawasan Wisata Kopi Tondok Lemo, mustahik yang terlibat ada empat keluarga dengan melibatkan anak untuk membantu pembuatan kripik. Sebanyak empat orang mustahik yang tergabung dalam UKM GAROGA Mandiri kesemuanya hadir dalam proses produksi kripik tersebut.

“Jadi kemarin itu kita di sini sudah diajari-mi  buat gula, sekarang bikin itu, kripik pisang sampainya jadi dalam kemasan, senang sekali-ki ini karena bisa belajar, bisa juga tambah-tambah pemassukan kasian. Terima kasih banyak ini Yayasan Kalla karena sudah banatuki warga di sini, terima kasih juga sama oak Ardi karena sudah sabar ajari kita di sini satu-satu”, tandas Ibu Warni, salah seorang warga Desa Bo’ne Buntu Sisong

Tana Toraja yang terkenal dengan produk kopinya juga tidak luput dari program pembinaan ini. Dibentuklah Kelompok Usaha Kopi Tondok Lemo yang melakukan produksi kopi rumahan, sebanyak 13 kilogram kopi arabika dan 13 kilogram kopi robusta yang diroasting, selain meroasting, dilakukan juga penggilingan kopi kemudian dikemas, sebanyak 20 pcs kopi berhasil dibuat dan dikemas. Dalam prosesnya penjualan yang dilakukan masih sangat terbatas dikarenakan, kompetitor kopi yang cukup banyak di wilayah tersebut, namun para relawan masih terus berusaha untuk memasarkan produk kopi melalui penjualan online

GOTONG ROYONG WARGA DAN PEMBINAAN REMAJA MESJID

Melalui dana bantuan program Aktif Positif Yayasan Hadji Kalla, Yayasan Econatural Society juga menggerakkan Jamaah Mesjid Nurul Iman, Tondok Lemo melakukan gotong royong melakukan perbaikan masjid. Perbaikan dilakukan pasca longsor yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Selain pembinaan ekonomi, dilakukan pula pembinaan remaja desa. Kegiatan belajar mengajar disekolah belum berjalan maksimal sehingga Yayasan Econatural Society penerima bantuan Aktif Positif dari Yayasan Hadji Kalla melakukan pembinaan kepada remaja dengan memberikan bimbingan belajar mengaji dan bahasa inggris di balai desa setempat. Kegiatan tersebut rutin dilakukan setiap akhir pekan.       

Hidup sebagai minoritas muslim di pelosok sangat jauh dari pendidikan Agama Islam menjadi tantangan yang cukup berat bagi para relawan. Para relawan mengajarkan mengaji para remaja serta menghafal doa-doa harian. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para relawan diharapkan bisa membawa perubahan bagi warga Desa Bo’ne Buntu Sisong.

(Bur)