yayasanhadjikalla.or.id – Sebanyak 115 peserta mengikuti seminar parenting “Cerdas Menghadapi Perkembangan Psikologis Anak Dalam Era Layar” di Saoraja Ballroom, Wisma Kalla lt. 2, Makassar, Kamis 22 Desember 2016.

Kegiatan parenting ini diadakan oleh tim program parenting dan pengembangan kesehatan Community Care And Development Yayasan Hadji Kalla.

Meita. A. Kuncoro, penanggungjawab kegiatan mengatakan, tak hanya karyawan Kalla Group yang ikut dalam kegiatan ini.

“Istri-istri karyawan juga ikut, dengan harapan mereka lebih memahami pola pengasuhan anak dalam era modern seperti sekarang ini,”katanya.

Sebelum materi dimulai yang disampaikan narasumber sekaligus seorang psikolog, Dra. Elia Daryati Rahayu, Psi, M.Si.  bertepatan dengan Hari Ibu 22 Desember, hari ini, melalui sebuah video peserta diajak untuk memberikan doa dan ucapan selamat kepada ibu yang melahirkan kita didunia ini.

“Saya sangat mengapresiasi para ayah yang turut hadir dalam kegiatan ini, karena mendidik seorang anak bukan hanya tugas dari seorang ibu tetapi itu adalah tanggungjawab bersama.” tambahnya.

Sementara itu, Elia Daryati didepan para peserta menyampaikan hal terkait pendampingan anak remaja di era digital, ketahanan keluarga dan penerapan disiplin bertahap sesuai usia perkembangan anak.

“Banyaknya kasus yang terjadi di era peradaban saat ini, membuat anak sangat mudah terjerumus ke hal-hal negatif. Perkembangan gadget dan meluasnya jaringan internet telah membatasi kita dengan anak. Ditambah lagi sibuknya orangtua menjadi penghalang komunikasi dengan anak, sehingga dunia maya menjadi jalan pelarian bagi dirinya yang masih labil. Jadi sadarkah, dimana posisi kita didalam hati anak” tegasnya.

Resiko yang sering dihadapi anak dan remaja sekarang ini yang paling besar adalah tentang pornografi. Kapan, dan dimanapun mereka bisa mengakses fitur pornografi melalui gadget yang diberikan, lanjutnya.

Karena itu, dia berpesan agar dalam mendidik anak, orangtua harus memahami bagaimana menghadirkan kasih dalam diri anak, mengajarkan untuk menggunakan internet secara sehat dan yang terpenting adalah orangtua menjadi psikolog pertama bagi anak.

“Kalau gempa bumi berpotensi tsunami, maka pornografi yang dilihat anak umumnya tanpa sengaja, lewat peralatan teknologi ditangannya berpotensi tsunami jiwa dengan kerusakan otak permanen,”tandasnya.