Gowa dan Sinjai, 21 Oktober 2024 – Yayasan Hadji Kalla melalui LAZ Hadji Kalla sukses menggelar Program Pelatihan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di dua lokasi, yaitu Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan sekolah dalam menghadapi bencana, baik bagi para murid maupun guru, guna menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih aman dan tanggap terhadap bencana.

Pelatihan SPAB yang diadakan bekerja sama dengan Yayasan INANTA, organisasi yang telah tersertifikasi dalam memberikan pelatihan ketahanan komunitas, melibatkan dua sekolah di Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai (Madrasah Zulfaqar dan SMP Negeri 24 Sinjai), serta satu sekolah di Desa Tanakaraeng, Kabupaten Gowa (Madrasah Uminda). Kegiatan ini mencakup materi dasar SPAB di kelas serta simulasi evakuasi bencana, yang diikuti dengan penuh antusias oleh para peserta. Yang paling penting dari program ini adalah dilahirkannya dokumen SPAB yang bisa menjadi standarisasi dan panduan dalam tanggap kebencanaan.

Sapril Akhmady, Program Manager Humanity & Environment LAZ Hadji Kalla, menjelaskan bahwa kedua lokasi ini dipilih melalui proses screening yang telah dilakukan oleh tim INANTA berdasarkan kriteria lokasi dan kondisi. “Pelatihan ini merupakan langkah penting untuk membekali sekolah-sekolah di wilayah rawan bencana dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi potensi bencana. Kami berharap, setelah pelatihan ini, setiap sekolah memiliki dokumen SPAB yang bisa menjadi pedoman untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana di masa depan,” ujarnya.

Pelatihan ini juga melibatkan PMI dan BPBD setempat, yang memberikan materi dan pengalaman langsung kepada peserta melalui simulasi bencana yang melibatkan murid dan guru. Para peserta terlihat sangat antusias mengikuti simulasi, yang menggambarkan skenario darurat secara nyata. Di Madrasah Uminda, suasana menjadi penuh semangat saat para murid berlatih melakukan evakuasi bencana, bekerja sama dengan PMI dan BPBD Gowa.

Mursalim, staf Kantor Desa Tanakaraeng di Kabupaten Gowa, menyambut baik program ini dan menyatakan, “Kami sangat mengapresiasi pelatihan SPAB ini. Ini akan memberikan pengetahuan baru bagi para murid dan guru untuk lebih siap menghadapi bencana, terutama di daerah kami yang rawan bencana alam.”

Rustam, PLT Kepala BPBD Kabupaten Gowa, turut menambahkan, “Simulasi dan materi yang diberikan di sini sangat bermanfaat. Saya berharap pelatihan semacam ini bisa diperluas ke sekolah-sekolah lain di Kabupaten Gowa, sehingga lebih banyak sekolah yang siap siaga.”

Sementara itu, di Kabupaten Sinjai, program yang dijalankan di dua sekolah (Madrasah Zulfaqar dan SMP Negeri 24 Sinjai), cukup unik karena lokasinya yang berada di wilayah kepulauan di mana bencana yang sering terjadi adalah gelombang tinggi dan angin musim yang kencang setiap tahunnya. Materi pelatihan juga dibuat khusus untuk penanganan bencana dan korban tenggelam di laut, dilaksanakan simulasi bencana laut langsung bersama BPBD dan PMI.

Firdaus dari PMI Kabupaten Sinjai yang memberikan materi pertolongan pertama pada korban bencana, menjelaskan bahwa pelatihan ini sangat penting dalam membangun ketanggapan awal. “Kami berharap pelatihan seperti ini dapat menjadi landasan untuk menciptakan komunitas yang lebih tanggap bencana, terutama di sekolah-sekolah,” katanya.

Muslimin, Kepala UPTD SMPN 24 Sinjai, mengungkapkan harapannya, “Semoga setelah pelatihan ini, sekolah kami dapat segera menyusun dokumen SPAB dan mengintegrasikannya dalam kebijakan sekolah, sehingga kami dapat mempersiapkan diri lebih baik dalam menghadapi potensi bencana.”

Sementara itu, peserta pelatihan, Insana dari Madrasah Uminda di Kabupaten Gowa, mengungkapkan kebahagiaannya setelah mengikuti pelatihan ini, “Saya merasa lebih percaya diri sekarang, karena sudah tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana.” Hal senada juga disampaikan Raihan dari Madrasah Zulfaqar di Kabupaten Sinjai, “Simulasi ini membuat kami lebih siap. Kami berharap program seperti ini terus diadakan untuk sekolah-sekolah lain.”

Harapannya, pelatihan ini tidak hanya menghasilkan dokumen SPAB untuk sekolah-sekolah yang dilatih, tetapi juga membangun budaya kesiapsiagaan yang berkelanjutan, dengan keterlibatan aktif semua pihak, baik murid, guru, hingga instansi terkait.

Pelatihan ini akan menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk menciptakan sekolah yang tanggap bencana di seluruh Indonesia, sehingga keamanan dan keselamatan di dunia pendidikan dapat terus terjaga.