yayasanhadjikalla.or.id; Maros – Yayasan Hadji Kalla lewat Bidang Kemanusiaan dan Lingkungan memperkenalkan program Kampung Hijau Energi pada media lokal dan nasional langsung di lokasi program, yakni di Desa Sambueja, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros.

Program Kampung Hijau Energi diperkenalkan sebagai salah satu program unggulan yang telah berjalan sejak tahun 2022 dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, memudahkan warga dalam memproduksi energi sendiri. Energi terbarukan dihasilkan dari reaktor biogas yang dihadirkan Yayasan Hadji Kalla sejak awal 2022 lalu. Alat ini menghasilkan energi yang dapat mengganti penggunaan elpiji dan pupuk organik non kimia dari ampas kotoran sapi atau bioslurry.

Direktur Eksekutif Yayasan Hadji Kalla, Mohammad Zuhair menjelaskan bahwa  Kampung Hijau Energi merupakan salah satu bentuk keseriusan di bidang lingkungan. Programnya pun bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, manfaat finansialnya juga sudah jelas.

“Program ini sudah berjalan di lima kabupaten di Sulsel. Insyaallah tahun ini ada lagi tambahan daerah cakupan program. Kita berusaha menjangkau potensi ekonomi pedesaan. Tak hanya yang dekat dengan Makassar, tetapi sampai ke pelosok, khususnya di 4 provinisi wilayah kerja kita, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara.” ucap Zuhair.

Manager Bidang Kemanusiaan dan Lingkungan Yayasan Hadji Kalla, Sapril Akhmady, juga menjelaskan program ini berlatar belakang besarnya persentase penggunaan pupuk kimia di kalangan petani. Selain itu, keperluan rumah tangga masih sangat tergantung pada penggunaan elpiji.

“Kampung Hijau Energi merupakan program unggulan Yayasan Hadji Kalla. Targetnya adalah adanya kemandirian energi. Kemudian para petani dapat kembali menerapkan pola-pola pertanian yang ramah lingkungan,” tuturnya.

Kepala Desa Sambueja, Darmawati mengapresiasi program Kampung Hijau Energi tersebut yang membuat penanganan ternak lebih baik. Salah satu penilaiannya ialah kotoran sapi yang tidak lagi bertebaran karena sudah memiliki tempat pembuangan di kandang dan tentunya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat menjadi energi.

“Kita sangat berterima kasih kepada Yayasan Hadji Kalla atas adanya program ini. Kita harapkan program ini dapat dilanjutkan di beberapa titik baru karena manfaatnya ke masyarakat betul-betul dirasakan lewat adanya biogas ini.” Jelasnya.

Bapak Habo, pemanfaat dalam program ini juga turut menjelaskan kepada para wartawan cara kerja dari reaktor biogas yang telah dibangun di lingkungan rumahnya, mulai dari pengambilan kotoran sapi yang dimasukkan ke wadah reaktor hingga terproses menjadi biogas dan pupuk bioslurry yang telah Ia gunakan selama lebih dari setahun lamanya.

“Kami sebagai warga di sini sudah menikmati manfaat dari reaktor biogas sekitar 13 bulan. Kita juga sudah tidak menggunakan elpiji lagi sejak adanya peralatan yang dibangunkan oleh Yayasan Kalla, sehingga kita dapat menghemat pengeluaran untuk gas elpiji setiap bulannya dan bisa kita pakai untuk kebutuhan lain.” Pungkasnya.

Ia melanjutkan bahwa bukan hanya biogas, yang paling terasa manfaatnya ialah karena program ini, reaktor yang telah dibuat dapat menghasilkan pupuk organik bioslurry yang digunakan oleh warga di kebun dan persawahan. Selama lebih dari setahun, bioslurry yang dihasilkan dari reaktor tersebut telah menghidupkan lebih dari 20 hektar tanah persawahan di Desa Sambueja.

(br)