Makassar, 20 Agustus 2024 Dikutip dari Antara News; Makassar menghadapi tantangan yang signifikan terkait penyandang disabilitas rungu, di mana jumlah mereka terus meningkat 1-2% setiap tahunnya, namun akses terhadap pendidikan dan informasi agama bagi komunitas ini masih sangat terbatas. Kondisi ini menciptakan urgensi untuk menyediakan sarana yang lebih inklusif agar mereka dapat memperoleh pemahaman keagamaan yang setara dengan masyarakat lainnya. Kesadaran akan pentingnya akses ini menjadi landasan bagi LAZ Hadji Kalla untuk menghadirkan Program Bina Agama Tunarungu, yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan memastikan bahwa setiap individu, tanpa memandang keterbatasannya, dapat memperdalam ilmu agama secara layak.

Program ini bertujuan untuk memberikan akses pendidikan agama Islam yang inklusif bagi komunitas tunarungu, yang seringkali terabaikan dalam pendidikan formal akibat keterbatasan fasilitas dan dukungan. Sebelumnya tim Islamic Care telah melakukan berbagai audiensi, diskusi dan FGD dengan berbagai pihak terkait untuk perencanaan dan implementasi progam Bina Agama Tunarungu.

Hasilnya, sejak tahun 2023 lalu LAZ Hadji Kalla telah memulai program ini dengan cara syiar keagamaan melalui platform YouTube dengan menggandeng penceramah lokal yang banyak videonya digunakan dan dimasukkan penerjemah bahasa isyarat dengan target para penyandang tunarungu juga bisa mendapatkan tambahan informasi terkait ilmu agama melalui video.

Di tahun ini, program Bina Agama Tunarungu terus dikembangkan dan dimulailah program kajian rutin yang diadakan di Masjid Nami’raj, Cilallang, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, yang dipilih karena lokasinya yang strategis dan mudah diakses oleh komunitas tunarungu. Kajian dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2024, kajian agama ini diisi oleh Abdurrahman Laica, S.H.I., M.M.Pd., seorang ustad yang membawakan materi tentang sholat dan hari akhir. GERKATIN, organisasi yang bergerak dalam pemberdayaan tunarungu, turut berpartisipasi sebagai implementor penerjemah isyarat, memastikan bahwa seluruh peserta dapat mengikuti kajian dengan baik.

Salman Febriyansyah, Program Manager Islamic Care LAZ Hadji Kalla, menyampaikan bahwa program ini merupakan bagian dari komitmen LAZ Hadji Kalla untuk menciptakan ruang belajar agama yang inklusif bagi seluruh umat, tanpa terkecuali. “Kami ingin memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam pemahaman agama, termasuk saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan pendengaran. Melalui program ini, kami berharap mereka dapat memperdalam keimanan dan pengetahuan agama dengan cara yang lebih mudah diakses,” ujarnya.

Salah seorang peserta, Islamiyah, mengungkapkan rasa syukurnya bisa mengikuti program ini. Melalui penerjemah, Ia menyampaikan, “Saya merasa sangat terbantu dengan adanya kajian ini. Selama ini, sulit bagi saya untuk mendapatkan informasi tentang agama. Dengan adanya penerjemah isyarat, saya jadi lebih paham tentang pentingnya sholat dan bagaimana kita harus mempersiapkan diri menghadapi hari akhir,” ungkapnya.

Program Bina Agama Tunarungu ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran agama inklusif yang dapat diimplementasikan di berbagai daerah lain, guna memastikan seluruh lapisan masyarakat mendapatkan hak yang sama dalam memahami ajaran Islam.