yayasanhadjikalla.or.id; Gowa – Bekerja sama dengan Yayasan Hadji Kalla, Lembaga Magro Timur Indonesia gelar Workshop Pemanfaatan Maggot BSF (Black Soldier Fly) untuk Pengelolaan Sampah Pangan dan Produksi Pakan Berkelanjutan di Desa Bontotangnga, Kabupaten Gowa. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Juli 2022

“Kegiatan ini digelar, karena melihat bahwa di Sulawesi Selatan ada banyak masalah terkait produksi sampah pangan mencapai 44.7 %, dan sumber sampah paling banyak berasal dari sampah rumah tangga yang mencapai 55.25 %, sementara laju penanganan timbulan sampah terbilang lambat. Untuk itu dibutuhkan upaya penanggulan yang bersifat kolektif dan berkelanjutan agar masalah tersebut dapat teratasi.” Jelas Ahmad Azhari. Fasilitator dari Magro Timur Indonesia.

Program ini menyasar untuk mengedukasi pemuda, warga dan kelompok tani di Desa Bontotangnga karena merekalah nantinya yang akan menjadi penerus agar program ini terus berjalan dan membawa manfaat jangka panjang untuk masyarakat luas. ‘Kami juga berharap dapat membagi pengetahuan tentang penanganan sampah berbasis biokonversi dan memberi dampak bagi lingkungan di banyak tempat lain agar bisa membawa manfaat yang lebih luas lagi bagi masyarakat.” Lanjur Azhari.

Kegiatan ini melibatkan beberapa organisasi lingkungan hidup, dan organisasi pemuda serta Warga Desa Bontotangnga, Kabupaten Gowa. Kegiatan dikemas dengan model semi formal, dengan mengalokasikan lebih banyak waktu untuk praktik.

Program ini dimulai dengan materi pengenalan dan pemanfaatan Maggot BSF  (Black Soldier Fly) di mana proses biokonversi oleh maggot ini dapat mendegradasi sampah lebih cepat, tidak berbau, dan menghasilkan kompos organik, serta larvanya dapat menjadi sumber protein yang baik untuk pakan unggas dan ikan. Proses biokonversi dinilai cukup aman bagi kesehatan manusia karena lalat ini bukan termasuk binatang vektor penyakit.

Kemampuan BSF mengurai sampah organik dianggap sangat efektif. Maggot membutuhkan sampah organik untuk tumbuh selama 25 hari sampai siap dipanen. Maggot memiliki kemampuan mengurai sampah organik 2 sampai 5 kali bobot tubuhnya selama 24 jam. Satu kilogram maggot dapat menghabiskan 2 sampai 5 kilogram sampah organik per hari.

Workshop bersama warga ini kemudian dilanjutkan dengan praktik pengaplikasian pupuk Kasgot (Bekas Maggot) untuk pertanian organik. Ada pula praktik pemanenan telur maggot, pemberian pakan, penyortiran kasgot hingga pengaplikasian kasgot pada hewan ternak (Lele).

Ahmad Azhari selaku Fasilitator dari Magro Timur Indonesia menyampaikan bahwa “Program yang didukung oleh Yayasan Hadji Kalla ini sangat baik untuk masyarakat, karena mampu mendorong kesadaran terhadap masalah dari sampah organik yang semakin bertambah, oleh karena itu kami sangat mengapresiasi Yayasan Kalla atas dukungannya pada kami di kegiatan ini.” Tandasnya.

Muhammad Akram, salah seorang peserta “Kita baru tau kalau ternyata sampah organik punya nilai ekonomi dan punya peran penting dalam kehidupan kita, hari ini kami belajar pengolahannya dengan cara yang baru dan cukup unik, yakni menggunakan maggot ulat yang ternyata bisa mengurai sampah dengan sangat cepat. Terima kassih sekali lagi kepada tim Magro Timu Indonesia dan Yayasan Hadji Kalla atas inisiasi programnya hari ini.” Pungkasnya.

Kurniawan Jaya, selaku PIC Program Aktif Positif Yayasan Hadji Kalla menjelaskan bahwa dukungan Yayasan Hadji Kalla diberikan kepada Tim Magro Timur Indonesia karena melihat isu yang diusung dalam kegiatan tersebut, yakni terkait isu lingkungan dan inovasi pengolahan limbah sampah. “Sebuah ide program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat.” Ujar Kurniawan.

 

(br)