yayasanhadjikalla.or.id; Bone – Salah satu sumber daya alam yang dapat dioptimalkan di Desa Tompo Bulu, Kec. Libureng Kab. Bone adalah pohon aren. Air Nira yang dihasilkan dari pohon aren dapat diolah menjadi berbagai produk dengan nilai jual tinggi.
Yayasan Hadji kalla yang aktif dalam berbagai program pemberdayaan melihat potensi tersebut sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraaan masyarakat. Melalui program Desa Bangkit Sejahtera (DBS), Yayasan Hadji Kalla melaksanakan pelatihan pembuatan produk “Gula Semut” khas Tompo Bulu, Gula Cair dan pelatihan pengemasan produk gula padat berbahan baku nira aren, yang dilaksanakan pada tanggal 13-14 Agustus 2022 di Dusun Lappa Pape, Desa Tompo Bulu, Kabupaten Bone.
Melalui pelatihan ini, maka bisa mengoptimalkan potensi desa berupa hasil gula aren yang melimpah. Kegiatan ini adalah upaya dalam bentuk mengoptimalkan potensi produk gula aren Desa Tompo Bulu agar lebih berkualitas dari segi produk yang juga bisa membawa nilai tambah secara ekonomi untuk masyarakat desa.
Lewat produksi gula merah, khususnya gula semut dan cair punya potensi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Desa Tompo Bulu, akan tetapi hal tersebut belum sepenuhnya dilakukan karena adanya berbagai masalah baik dalam pengadaan bahan baku, proses produksi, pengemasan, pemasaran, dan terkadang harga pasar yang tidak stabil. Permasalahan utama yang ditemukan pada produsen gula merah adalah kurangnya kreativitas masyarakat dalam menghasilkan produk gula aren yang lebih variatif. Produsen gula merah hanya mengolah dalam bentuk mangkok bundar atau berbentuk lingkaran bola. Padahal gula aren dapat diolah menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran yang dibutuhkan pasar yang lebih besar seperti supermarket, salah satunya adalah olahan dalam bentuk bubuk. Gula bubuk atau yang lebih dikenal dengan nama gula semut dapat dijual dengan harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga gula merah batok. Di makassar harga gula semut perkilogramnya bisa mencapai harga Rp 45.000-Rp 50.000. Pada bagian inilah masyarakat terus diedukasi oleh tim DBS agar bisa terus mengembangkan potensi desanya.
“Harga gula merah padat saat ini di Desa Tompo bulu hanya hanya berkisar antara 10.000 rupiah per kilogram. Bahkan jika produksi banyak/menumpuk hanya akan dibeli dengan harga 5.000 rupiah per-kilonya. Melalui pelatihan dari Yayasan Kalla hari ini, kami sangat antusias dan semangat apalagi ada potensi untuk bisa mengembangkan produk ini. Mudah-mudahan melalui kegiatan ini dapat meningkatkan nilai ekonomi melalui produk baru yang dihasilkan di desa kami”, ujar Tanti Saraswati Kepala Dusun Lappa Pape.
Secara singkat dijelaskan oleh fasilitator desa binaan bahwa gula semut atau gula bubuk berbahan nira aren memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan gula cecak biasa, di mana gula semut mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama (satu sampai dua tahun) tanpa mengalami perubahan warna dan rasa jika dibungkus dengan pembungkus kedap udara.
“Pelatihan pembuatan gula aren menjadi gula semut, gula cair dan gula aren padat ukuran tertentu dilakukan dalam 4 (empat) tahap. Pertama, sosialisasi serta memaparkan proses pengolahan gula aren gelondongan menjadi gula semut. Kedua, demonstrasi pembuatan gula aren menjadi gula semut. ketiga, peserta mempraktikan proses pembuatan gula semut dan terakhir ada proses belajar packaging sesuai dengan permintaan pasar. Di setiap tahapannya diikuti oleh peserta pelatihan dari unsur warga, petani dan pembuat gula aren serta aparat desa.” Jelas Akhsan Fasilitator Desa Binaan.