Makassar 30 April 2025 – Sebanyak 30 purnapekerja migran di Makassar mengikuti pelatihan kreasi mandiri dan kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kemandirian ekonomi mereka. Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Kelompok Peduli Buruh Migran Bangkala (KKPBMB) dan LAZ Hadji Kalla melalui Program Aktif Positif, yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat rentan.
Pelatihan ini mencakup pembuatan berbagai produk kerajinan, seperti tas anyaman dan aksesori dari bahan daur ulang, yang memiliki nilai jual tinggi. Selain itu, peserta juga mendapatkan pembekalan tentang pemasaran produk dan manajemen usaha kecil. Pelatihan ini dipandu langsung oleh Owner Elqueen Maker, Intan Musliyanty, dan difasilitasi oleh Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) Universitas Negeri Makassar (UNM)
Ketua panitia pelaksana, Ibu Siti Rahma, menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan LAZ Hadji Kalla, “Dukungan dari LAZ Hadji Kalla melalui Program Aktif Positif sangat berarti bagi kami. Ini memungkinkan kami untuk memberikan pelatihan yang komprehensif dan berdampak langsung pada kehidupan para peserta.” Pungkasnya.
Kurniawan Jaya, Penanggung Jawab Program Aktif Positif LAZ Hadji Kalla, menegaskan komitmen LAZ Hadji Kalla dalam mendukung pemberdayaan purnapekerja migran, “Kami percaya bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mandiri dan berkontribusi pada masyarakat. Melalui program ini, kami berharap dapat membuka peluang baru bagi purnapekerja migran untuk membangun kehidupan yang lebih baik.” Jelasnya.
Dosen Sosiologi UNM, Idham Irwansyah Idrus, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan Kelurahan Bangkala merupakan salah satu wilayah dengan jumlah pekerja migran yang cukup tinggi di Makassar. “Kelurahan Bangkala didominasi oleh pendatang dan kawasan perumahan padat. Penduduk asli hanya ada di dua RW, itupun mereka kehilangan lahan akibat alih fungsi menjadi kawasan perumahan sehingga tidak memiliki sumber mata pencaharian,” ungkap Idham.
Karena itu, banyak masyarakat setempat memilih menjadi pekerja migran, sebagian besar ke Malaysia sebagai buruh sawit. Namun, di sana mereka kerap menghadapi perlakuan buruk hingga menjadi korban perdagangan manusia (trafficking). “Alasan ekonomi membuat mereka terpaksa menjadi pekerja migran. Oleh karena itu, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan keterampilan agar mereka lebih berdaya secara ekonomi,” tambahnya.
Ketua Kelompok Peduli Buruh Migran Bangkala (KKPBMB), Ramlah, menyatakan rasa syukurnya atas pelatihan ini yang dianggap sangat bermanfaat bagi purna pekerja migran. “Pelatihan ini menambah keterampilan ibu-ibu agar mereka bisa menentukan bidang usaha yang ingin dikembangkan. Sebelumnya, belum ada pihak atau lembaga yang mau membantu kami, tapi berkat LAZ Hadji Kalla, kegiatan ini bisa terlaksana.” ujar Ramlah.
Peserta pelatihan juga merasakan manfaat langsung dari program ini. Ibu Lina, salah satu peserta, mengungkapkan, “Pelatihan ini memberikan saya keterampilan baru yang bisa saya gunakan untuk memulai usaha kecil di rumah.” Tandasnya. Sementara itu, Bapak Ahmad, peserta lainnya, menyatakan, “Saya merasa lebih percaya diri untuk kembali ke masyarakat dan memulai usaha sendiri setelah mengikuti pelatihan ini.” Ungkapnya.
Melalui kolaborasi antara komunitas lokal dan LAZ Hadji Kalla, program ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi dapat menciptakan perubahan positif dalam kehidupan purnapekerja migran di Makassar.