yayasanhadjikalla.or.id; Pangkep –  Senin, 28 Maret 2022 hujan turun di Desa Batara, Kecamatan Labbakkang, Kabupaten Pangkep. Padahal sehari sebelumnya, cuaca terik di desa ini. Sesekali, Sumiati memperbaiki masker yang Ia kenakan di wajahnya. “Saya baru pulang dari kebun”, kata perempuan paruh baya ini mengawali ceritanya sambil menggendong Amirah, anak perempunnya yang berumur dua tahun.

Dia bersama dengan puluhan ibu-ibu lain dan para kader puskesmas Desa batara mengikuti Program Pelatihan Pembuatan MP-ASI Berbahan Baku Lokal untuk Pencegahan Stunting yang diberikan oleh Yayasan Hadji Kalla bekerja sama dengan tim Jenewa Institute.

Sumiati bercerita, awalnya dia mendapat informasi dari petugas kader Puskesmas di dekat rumahnya bahwa akan ada pelatihan Pembuatan MP-ASI di balai desa. Ia yang saat ini memiliki dua anak yang salah satunya berumur dua tahun tentu antusias. Beberapa tetangganya juga dapat informasi yang sama. Oleh kader pendamping dari Puskesmas Desa Batara, masing-masing dari mereka diberikan buku resep pembuatan makanan olahan lokal untuk dijadikan MP-ASI yang sebelumnya telah disusun oelh tim Jenewa Institute. Buku resep tersebut digunakan sebagai panduan pembuatan makanan untuk anak-anak baduta usia 6 hingga 18 bulan.

Pernah beberapa kali Sumiati dan beberapa ibu-ibu di Desa Batara mencoba membuat makanan untuk baduta mereka namun belum bisa maksimal. Adakalanya makanan yang Ia buat tidak disukai oleh si anak. Setelah mengikuti pelatihan dari Yayasan Hadji Kalla Ia berharap bisa lebih baik membuat makanan pendamping untuk buah hatinya.

Sumiati sendiri adalah seorang ibu dari keluarga dhuafa yang harus membantu suami memenuhi kebutuhan keluarga dengan bekerja di kebun milik tetangganya. Penghasilannya yang hanya 15 ribu rupiah setiap hari bekerja, hanya cukup memenuhi kebutuhan makan keluarga. Ia tidak mampu membeli makanan dengan gizi berimbang untuk anaknya. Ia menjadi peserta yang paling antusias mengikuti pelatihan dengan harapan bisa punya pengetahuan yang cukup untuk membuat makanan bergizi untuk anak secara mandiri, apalagi pelatihan ini bertema “bahan baku lokal” yang mudah didapatkan oleh Ia dan ibu-ibu lain.

Saat sesi praktik, Sumiati jadi yang pertama mencoba membuat makanan pendamping ASI yang sebelumnya telah ditunjukkan oleh para fasilitator Jenewa Institute. Bahan yang murah dan gampang didapat, menjadi alasan pelatihan ini mendapat perhatian yang besar dari para penerima manfaat.

Program pencegahan stunting yang dijalankan oleh Yayasan Hadji Kalla telah banyak  membantu para ibu di banyak lokasi. Seperti halnya Sumiati, yang merasakan begitu banyak manfaat setelah mengikuti pelatihan yang diberika oleh Yayasan Hadji Kalla.

“Saya benar-benar suka dengan program ini,” katanya. Seperti kebanyakan ibu-ibu lain di desa Batara, Sumiati ingin terus bisa membuat makanan sehat dan bergizi untuk diberikan kepada anak setiap hari.

Dari paparan materi yang dijelaskan oleh pemateri, pertama dari Prof. Veni Hadju yang menyampaikan materi tentang stunting dan langkah pencegahan stunting. Kemudian yang kedua ada paparan resep MP ASI yang dipraktikkan langsung oleh tim Jenewa Institute. Resepnya sendiri ada 18 macam yang nantinya akan digunakan sebagai MP ASI di Desa Batara.

Ada beberapa menu yang dibuat oleh para peserta di pelatihan tersebut yakni dari berbagai macam olahan ikan dan juga sayuran. Dari ke-18 resep tersebut telah dibuatkan rekomendasi resep yang telah dicetak menjadi buku dan nantinya akan menjadi acuan bagi puskesmas.

“Salah satu kunci gizi seimbang adalah makanan yang beraneka ragam. Tinggal masyarakat yang memilih yang mana yang cocok untuk baduta-nya. Resepnya dibagi kedalam tiga kelompok umur, yakni pertama ada enam resep MP ASI untuk anak umur 6-12 bulan, enam resep untuk anak usia 12-17 bulan, kemudian enam resep untuk bayi usia 18 sampai 23 bulan. Jadi masing-masing ada enam resep di setiap kelompok umur tadi sehingga jumlahnya ada 18 resep”, sebut Prof. dr. Veni Hadju, MSC., PhD, Guru Besar Ilmu Gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin yang menjadi pemateri.

Melalui program ini juga diharapkan bisa membuat masyarakat teredukasi terkait penggunaan pangan lokal dalam rangka pencegahan stunting di berbagai wilayah di Sulawesi Selatan.

 

(Br)