yayasanhadjikalla.or.id; Gowa – Membuka tahun 2022, Yayasan Hadji Kalla bersama Komunitas Orang Tua Anak dengan Sindroma Down (KOADS) menyelenggarakan kegiatan yang berorientasi edukasi terhadap lingkungan. Kegiatan ini dihelat di Denassa Botanical Garden, Bontonompo, Kabupaten Gowa. Kegiatan ini diramaikan oleh 23 orang anak dengan variasi fisik sindroma down yang disertai dengan keluarga mereka.
Kegiatan field trip tersebut sebenarnya telah jauh hari direncanakan oleh Yayasan Hadji Kalla bersama KOADS, dan akhirnya terlaksana pada hari ahad, 2 Januari 2022. Bertajuk Fun and Learn With Nature in Rumah Hijau Denassa, kegiatan edukasi terhadap alam kali dikemas sangat menarik oleh panitia pelaksana dari KOADS.
Rangkaian kegiatan edukasi terhadap alam di Denassa Botanical Garden diawali dengan penyambutan oleh fasilitator-fasilitator dari Rumah Hijau Denassa kepada para peserta. Dalam sesi penyambutan, semua peserta, baik anak, orang tua pendamping, saudara atau kerabat yang hadir dipersilakan untuk memakai caping yang telah disiapkan sebagai tanda peserta akan bersentuhan dengan kegiatan khas persawahan dan perkebunan.
Dalam kegiatan field trip edukasi ini, panitia pelaksana dan owner Rumah Hijau Denassa telah menyusun alur acara yaitu; kelas memasak kue onde-onde, pengambilan foto di ampiteater kebun Denassa, menangkap belalang sambil belajar keanekaragaman hayati dan fungsinya yang berada di kebun Denassa, menanam padi, serta lomba mewarnai.
Antusiasme anak-anak sindroma down dan pendamping terlihat pada saat sesi belajar dan bermain menangkap belalang. Di sela-sela sesi menangkap belalang bersama, fasilitator Denassa Botanical Garden tampak beberapa kali sengaja mengumpulkan peserta untuk memberikan penjelasan mengenani aneka ragam hayati, aneka macam sayuran dan tanaman herbal yang terdapat di sekitar mereka.
Sebagai contoh dari sesi belajar keanekaragaman hayati dan fungsinya, peserta belajar tentang tanaman putri malu. Suasana interaksi terjadi antara anak dan orang tua, misalnya saja terhadap pertanyaan oleh fasilitator Rumah Hijau Denassa mengenai tanaman putri malu.
“Ayah, bunda serta ananda, apakah ada yang mengetahui mengapa tanaman putri malu ini menutup daunnya ketika disentuh?”, tanya pak Darmawan.
Seketika jawaban meluncur yang disertai tawa riang para peserta. Ada yang menjawab karena takut seperti manusia yang disentuh oleh benda asing, dan ada pula jawaban ilmiah seperti untuk melindungi dirinya. Semua jawaban dibenarkan oleh pak Darmawan, sambil tertawa.
Suasana belajar bersama di alam dilanjutkan dengan kegiatan menanam benih padi. Sembari memberikan penjelasan mengenai padi dan nasi yang masih menjadi makanan pokok di Indonesia, para fasilitator juga membagikan benih kepada anak-anak dan pendamping masing-masing untuk langsung ditanam.
Walaupun sesi belajar ini cukup panjang, para peserta masih bersemangat mengikuti kelanjutan kegiatan yang ada. terakhir ada lomba mewarnai. Biasanya, setelah beberapa kegiatan yang dilaksanakan anak-anak di kebun Denassa, mereka diminta untuk menggambarkan hasil kunjungan lapangan, kemudian bercerita dan mengungkapkan pengalaman mereka. Namun kali ini, mengingat peserta filed trip dikhususkan untuk mengenalkan anak sindroma down dengan alam sekitar. Anak atau individu dengan variasi fisik sindroma down termasuk dalam kategori disabilitas intelektual, sehingga kegiatan yang dirancang adalah lomba mewarnai mengingat beberapa keterbatasan pada kategori disabilitas tersebut.
Kegiatan ini juga dilakukan dalam rangka meringankan efek dari terapi rutin yang dilakukan oleh para anak dengan down sindrome, bermain di alam menjadi penyeimbang yang tepat dalam proses perawatan anak-anak ini. “Ini adalah upaya kita untuk bisa memberikan pendampingan untuk anak-anak anggota komunitas ini. Kita harap bahwa dengan kegiatan ini, anak-anak bisa banyak belajar dan berinteraksi lebih inten dengan para orang tua, sehingga ikatan antara mereka juga semakin kuat. Kami juga berterima kasih kepada Yayasan Hadji Kalla yang telah bersedia membantu kami dalam program ini”, jelas Fitri; Ketua Panitia Kegiatan.
Pada sesi mewarnai anak-anak terlihat antusias. “Salah satu kelebihan mereka adalah interaksi dan ekspresi yang beragam dan berubah-ubah yang membuat suasana semakin menyenangkan. Satu persatu peserta mengumpulkan hasil mewarnai mereka kepada fasilitator lalu mengambil bagian makan siang yang telah disediakan oleh panitia. Sebelum makan siang bersama dimulai, anak-anak diingingatkan tentang adab terhadap makanan. Peserta juga diminta untuk berjanji tidak membuang-buang makanan sebagai perwujudan dari proses dan pola produksi dan konsumsi yang bertanggung-jawab”. Lanjut Ibu Fitri.
Selama kegiatan berlangsung, banyak pelajaran yang didapatkan oleh peserta, khsusunya anak-anak dengan variasi fisik sindroma down. Selain menguatkan bonding anak dengan orang tua atau kerabat sebagai support system mereka, terdapat dampak-dampak positif yang terkait langsung dengan anak-anak sindroma down, seperti: meningkatnya perkembangan sosialisasi, mendukung terbentuknya perilaku mulia seperti kebiasaan antri yang anak-anak pelajari langsung, menghargai makanan dan minuman yang disediakan alam, serta bisa meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus, khususnya bagi individu dengan variasi fisik sindroma down agar melatih fungsi-fungsi koordinasi organ tubuh.
Melalui kegiatan ini, Yayasan Hadji Kalla membuktikan komitmennya mendukung perkembangan positif dari para disabilitas. Peduli pada nasib dan peningkatan kemampuan mereka yang dikemas dalam edukasi terhadap alam adalah salah satu kunci yang bisa membuat mereka memahami keadaan sekitar dan bersosialisasi secara bebas. Respon dari beberapa orang tua sangat mendukung kegiatan semacam ini karena berdampak langsung bagi anak-anak dengan variasi fisik sindroma down. Dukungan moril dan materiil yang disampaikan oleh Yayasan Hadji Kalla adalah pembuktian bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama, demikian kira-kira salah satu hadits nabi Muhammad SAW.
(Oleh Fitri/Br)