by
Share

yayasanhadjikalla.or.id, Jeneponto – Petani asal Tolo Timur, Kelara, Jeneponto, H. Sabuddin Dg. Sa’ra (66 tahun) memanen bawang merah di kebun miliknya sendiri seluas 5 are.
Dengan hasil 288 kg yang berasal dari 25 kg bibit itu, ia tanam sejak 2 bulan lalu. Hanya dengan bermodalkan Rp 1.105.000, orang tua beranak 6 orang ini bisa menghasilkan Rp 4.607.000,- dari hasil penjualan bawang merahnya.
“Saya jual ki 271 kg dengan harga Rp 17.000,-/kg dalam keadaan basah (daun bawang merah masih ada) kepada pedagang yang datang langsung dari Palopo dan saya jadikan bibit 17 kg, hasilnya itu lebih 4 juta.” ucapnya kepada Tim Program Desa Bangkit Sejahtera saat melakukan wawancara langsung di lahan bawang merah miliknya, yang sudah siap dipanen lagi dari bibit 17 kg dari penanaman sebelumnya.
Menurutnya, kendala utama dalam mengembangkan bwang merah adalah pembelian bibit dalam bentuk umbi yang tergolong cukup mahal. Harga di pasaran sekisar antara Rp 15.000,- hingga Rp 45.000,- setiap kilo gramnya tergantung dari varietas bibit yang akan ditanam.
“Yang paling banyak modalnya itu pembeli bibit jie karena bulan 11 tahun lalu darika’ Bima jalan-jalan, pulangku beli meka bibit disana dengan harga Rp 30.000,-/kg. Saya beli mi 25 kg seharga Rp 750.000,-. Jadi ini bibit yang kutanam asli dari Bima.” jelas orang tua yang pernah menjabat sebagai kepala Lingkungan Karampuang selama 7 tahun itu.
Ia mengatakan pupuk dan pestisida yang digunakan dalam budidaya bawang merah tidaklah terlalu mahal dibandingkan dengan tanaman lainnya. Untuk luasan 5 are hanya membutuhkan sekisar Rp 155.000.
Selain biaya pembeli bibit, pupuk, dan pestisida, ada pula biaya pembayaran listrik sebesar Rp 200.000 untuk menyiram bawang merah menggunakan dinamo air.
“Tidak banyak ji modalnya itu selain pembeli bibit, karena sebelumnya 2 bulan ka membayar lampu, kan disiram ki bawangnya pakai dinamo air” ujar istri Dg. Sa’ra yang setia menemani menyiram bawang merah.
Dari hasil panen pertama, Dg. Sa’ra telah mengembangkan bawang merah hingga saat ini, dan menjadi sumber mata pencaharian utamanya untuk menghidupi keluarga kecilnya. (Andy MS)
Makassar, 12 Februari 2025 – Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Makassar pada Selasa, 11 Februari 2025 sejak pukul 00.30 WITA menyebabkan air meluap dan masuk ke pemukiman warga di beberapa lokasi. Akibatnya, sebanyak 527 KK atau 2.048 jiwa terpaksa mengungsi di 20 titik pengungsian yang tersebar di wilayah terdampak, informasi ini berdasarkan laporan
Makassar – Di tengah hiruk-pikuk Kota Makassar, terdapat sebuah pulau kecil bernama Kelurahan Lakkang yang terletak di Delta Sungai Tallo. Pulau ini dihuni oleh masyarakat mayoritas lanjut usia (lansia) yang membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal kesehatan. Melihat kondisi ini, Lembaga Amil Zakat (LAZ) Hadji Kalla, bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulsel dan
Makassar, — Lembaga Amil Zakat (LAZ) Hadji Kalla, bekerja sama dengan Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dan Yayasan INANTA, sukses menyelenggarakan Training Dasar Sphere Handbook edisi 2018, yang berlangsung di Hotel Raising, Jl. Racing Centre, Makassar. Pelatihan ini adalah untuk yang pertama kalinya dilakukan di Sulawesi Selatan, dan diberikan secara gratis kepada peserta yang terpilih