by admin -support
Share

Di sebuah sudut sunyi Desa Ambason Mekar, Kabupaten Parigi Moutong, berdiri sebuah bangunan yang dulunya tampak mati. Dikelilingi semak, plafonnya jebol di beberapa bagian, dan debu menebal di sudut-sudut ruangannya.
Tak ada tanda kehidupan. Namun bagi seorang dai muda yang ditugaskan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Hadji Kalla di desa ini, bangunan itu bukan sekadar reruntuhan sunyi. Ia melihat harapan.
Bangunan itu dulunya adalah Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairaat, didirikan sekitar tahun 2014 dengan dana dari program PNPM Mandiri Pedesaan dan dukungan dana desa. Nama “Al-Khairaat” yang melekat padanya mengacu pada nama ormas besar yang memang memiliki banyak pengikut di wilayah ini.
Dalam masa aktifnya, madrasah ini menjadi tempat belajar agama anak-anak desa, hingga akhirnya perlahan mati suri karena keterbatasan dukungan operasional bagi tenaga pengajar. Bukan karena tidak ada murid, justru jumlah anak-anak cukup banyak. Namun, tenaga pengajar kesulitan untuk bertahan secara berkelanjutan.
“Semenjak pertama kali tiba di desa ini, saya langsung melihat gedung kosong itu. Kami tak langsung bertindak. Kami cari informasi dulu dari warga agar tidak salah ambil keputusan,” tutur Ustaz Suparno, dai muda yang ditugaskan LAZ Hadji Kalla di Desa Ambason Mekar.
Setelah menggali informasi dan mengonfirmasi sejarah bangunan, keinginan kuat muncul untuk menghidupkan kembali tempat itu. “Saya melihat banyak anak-anak hanya bermain di sore hari. Sayang kalau mereka tak punya tempat belajar agama yang layak,” lanjutnya.
Bersama warga, upaya revitalisasi pun dimulai. Gedung dan halamannya dibersihkan, perlengkapan belajar disiapkan, bahkan buku tulis dan alat tulis pun dibagikan secara cuma-cuma sebagai penyemangat awal.
Antusiasme dan Harapan Baru
Respons warga ternyata di luar dugaan. “Para orang tua sangat antusias dan merasa bersyukur. Mereka bahkan membantu menyebarkan berita tentang dibukanya kembali madrasah ini,” ucap sang dai.
Kini madrasah itu kembali hidup. Dua ruang kelas digunakan untuk belajar Iqra’ dan Al-Qur’an, diikuti oleh anak-anak dari tingkat TK hingga SMP. Sebelumnya, mereka hanya bisa belajar agama di masjid dengan waktu yang terbatas. Sekarang waktu belajar lebih maksimal, ruang belajar lebih kondusif, dan semangat anak-anak pun lebih besar. Madrasah yang dulu sunyi, kini menjadi pusat harapan baru.
Lebih dari Sekadar Bangunan
Bagi masyarakat Ambason Mekar, madrasah ini bukan hanya soal dinding dan atap. Ia adalah simbol harapan dan perubahan. “Banyak orang tua yang bilang mereka ingin ustadz tetap tinggal di sini. Mereka merasa anak-anak mereka akhirnya punya pembimbing tetap,” kata sang Dai.
Namun kebutuhan belum sepenuhnya terpenuhi. Madrasah ini masih memerlukan papan tulis, meja-kursi, dan buku ajar standar. Saat ini, sang Dai tengah menyusun sendiri bahan ajar sederhana yang bisa digunakan sebagai panduan awal.
Menyiapkan Generasi dan Masa Depan
Ke depan, sang Dai merencanakan program kaderisasi remaja desa agar bisa ikut mengajar. Ia juga berharap, suatu saat ini, para santri bisa mendapatkan sertifikat belajar agama sebagai bentuk pengakuan atas proses mereka.
“Kami hanya butuh sedikit dukungan agar Cahaya Pendidikan di tempat ini tak padam lagi. Yang terpenting sekarang, tempat ini sudah hidup kembali. Dan harapan itu mulai tumbuh,” pungkas Ustaz Suparno.
MAKASSAR – Lembaga Amil Zakit (LAZ) Hadji Kalla kembali menghadirkan program Bantuan Sound System Gratis untuk Masjid dan Pesantren. Tak sekadar memberikan perangkat, program ini juga mengusung misi besar dalam mewujudkan masjid yang ramah untuk semua kalangan. Selain itu, untuk mendorong pengelolaan masjid yang lebih profesional, transparan dan berdampak luas bagi masyarakat. LAZ Hadji Kalla
Makassar – April 2025 — LAZ Hadji Kalla melalui Bidang Islamic Care telah menyelesaikan Program Bedah Rumah Dhuafa di Kabupaten Gowa dan Kota Makassar. Dalam program ini, sebanyak lima rumah dhuafa di wilayah Kabupaten Gowa, (3 rumah di Kecamatan Bontonompo, dan 2 rumah di Kecamatan Pallangga), Kabupaten Gowa, dan 6 rumah di Kota Makassar, (Jl.
Luwuk Banggai – Menjelang Idul Fitri, kebutuhan pokok sering kali melambung tinggi, membuat banyak keluarga kurang mampu kesulitan memenuhi kebutuhan mereka. Program Idul Fitri Bahagia hadir untuk meringankan beban mereka, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil zakat, para mualaf yang dipikat hatinya, untuk (memerdekakan) hamba sahaya, orang-orang